BAB 3. KONSEP NILAI UANG TERHADAP WAKTU
BAB3. KONSEP NILAI UANG TERHADAP WAKTU
PENDAHULUAN
Nilai uang
terhadap waktu merupakan konsep dimana bahwa nilai uang sekarang akan lebih
berharga dari pada nilai uang masa yang akan datang atau suatu konsep yang
mengacu pada perbedaan nilai uang yang disebabkan karena perbedaaan waktu.
Dalam memperhitungkan, baik nilai sekarang maupun nilai yang akan datang maka
kita harus mengikutkan panjangnya waktu dan tingkat pengembalian maka konsep
time value of money sangat penting dalam masalah keuangan baik untuk
perusahaan, lembaga maupun individu.
Maka sudah
jelas time value of money sangat penting untuk dipahami oleh kita semua, sangat
berguna dan dibutuhkan untuk kita menilai seberapa besar nilai uang masa kini
dan akan datang. Maka dalam makalah ini akan dibahas mengenai konsep nilai uang
terhadap waktu dan ekivalensi.
3.1 Pertimbangan pengembalian terhadap modal.
Tingkat
pengembalian modal dihitung berdasarkanrata-rata tertimbang biaya permodalan .
yaitu biaya dari setiap komponen dalam struktur permodalan dirata-ratakan
menurut persentase komponen modal tersebut terhadap jumlah permodalan
keseluruhan.
3.2 asal mula bunga
Menurut
Hubbard ( 1997 ) dalam Laksmono ( 2001), Bunga Adalah Biaya yang harus di bayar
Borrower
Menurut
Kem dan Guttman (1992) seperti di uraikan Laksmono ( 2001 ) menganggap Suku
Bunga merupakan sebuah harga dan sebagai mana harga lainnya maka tingkat Suku
Bunga, yaitu :
1). SUKU
BUNGA NOMINAL
Yaitu Suku Bunga yang dapat di amati di pasaran.
2). SUKU
BUNGA RIIL
Yaitu suku Bunga yang secara konsep di ukur tingkat pengembaliannya setelah
dikurangi inflansi.
3). SUKU
BUNGA JANGKA PENDEK
Yaitu Suku Bunga yang jatuh tempo ( Maturity ) satu tahun atau kurang.
4). SUKU
BUNGA JANGKA PANJANG
Yaitu Suku Bunga yang jatuh tempo ( Maturitty ) lebih dari satu tahun.
3.3 BUNGA SEDERHANA
Bunga sederhana: merupakan hasil dari pokok utang, suku bunga per
periode, dan lamanya waktu peminjaman.
Jika ada 2 pilihan untuk kita,
yaitu:
a.
Menerima Rp 1.000.000 hari ini
b.
Menerima Rp 1.000.000 enam bulan lagi
Mana yang akan kita pilih?
Mengapa?
Pasti kebanyakan dari kita memilih Rp 1.000.000
hari ini,mengapa?Karena
kalau menerima pada hari ini sifatnya pasti sedangkan apabila menerimanya enam
bulan lagi adalah tidak pasti.
Ini bukan jawaban yang diharapkan. Untuk
menghindari jawaban ini, dalam pilihan diatas disebutkan bahwa kedua pilihan
tersebut memiliki tingkat kepastian yang sama. Mereka yang pernah belajar
ekonomi atau keuangan akan dengan mudah memberikan alasannya, yaitu karena
adanya faktor bunga akibat perbedaan waktu atau istialah yang sering digunakan
adalah “nilai waktu dari uang (time value of money)”.
Dengan
asumsi manusia adalah makhluk rasional, pilihan yang harus diambil adalah
menerima Rp 1.000.000 hari ini dibandingkan dengan menerima Rp 1.000.000
enam bulan lagi,
karena Rp 1.000.000 hari ini akan memberikan bunga selama enam bulan kedepan, yang besarnya
tergantung tingkat bunga, sehingga bernilai lebih dari Rp
1.000.000 pada saat
itu (pendekatan nilai masa depan atau future value). Kita juga
bisa menggunakan pendekatan nilai sekarang (present value) yaitu
dengan menghitung nilai hari ini dari uang senilai 1.000.000
enam bulan lagi dan
membandingkannya dengan uang senilai Rp 1.000.000
hari ini.Kedua
pendekatan ini harus memberikan keputusan yang sama.
Contoh
sederhana diatas dapat kita lanjutkan dengan pilihan-pilihan lainnya.Misalkan
bagaimana kalau Rp 1.000.000 hari ini dengan Rp.1.100.000 enam bulan lagi;atau
Rp 1.000.000 hari ini dengan Rp 100.000 setiap bulan selama 1 tahun mulai bulan
depan;atau Rp 1.000.000 hari ini dengan Rp 90.000 stiap bulan selama
1 tahun mulai hari ini.
Dengan
memahami matematika keuangan, kita dapat dengan mudah menyelesaikan
persoalan-persoalan sederhana di atas, bahkan persoalan yang jauh lebih
kompleks sekalipun. Dalam pembahasan dan contoh selanjutnya dalam makalah ini,
asumsi bahwa manusia adalah makhluk rasioanal ataupun dengan tingkat kepastian
yang sama tidak disebutkan lagi tetapi ada secara implicit.
Melanjutkan
contoh pertama kita, menjadi berapa uang Rp 1.000.000 itu enam bulan lagi akan
dapat ditentukan jika kita diberikan tingkat bunga dan tambahan informasi
mengenai apakah tingkat bunga yang dipergunakan tersebut adalah bunga sederhana
(simple interest-SI) atau bunga majemuk (compound interest-CI).Apabila
menggunakan majemuk, kita masih memerlukan informasi mengenai periode compound
atau periode perhitungan bunga.
Apabila
kita menggunakan konsep bunga sederhana, besarnya bunga dihitung dari nilai
pokok awal (principal-P) dikalikan dengan tingkat bunga (interest rate-r) dan
waktu (time-t). Perhitungan bunga ini dilakukan satu kali saja yaitu pada akhir
periode atau pada tanggal pelunasan. Secara matematis, hal ini dapat dinyatakan
dalam persamaan sebagai berikut:
Keterangan:
SI = Simple interest (Bunga sederhana)
P = principal (Pokok)
r = interest rate p.a. (Tingkat bunga/tahun)
t = time (Waktu dalam tahun)
Karena satuan t adalah
tahun, jika waktu t diberikan dalam bulan maka kita dapat menggunakan persamaan
sebagai berikut:
Sedangkan jika t diberikan
dalam hari, aka nada dua metode dalam mencari nilai t,
yaitu:
1. Metode Bunga Tepat (Exact Interest Method)
atau SIe dengan
2. Metode Bunga Biasa (Ordinary Interest Method)
atau SIo dengan
Penggunaaan
metode bunga biasa (ordinary interest) akan menggantungkan penerima
bunga dan merugikan pembayar bunga. Sebaliknya, penggunaan metode bunga tepat
(exact interest) akan menggantungkan pembayar bunga dan merugikan penerima
bunga. Oleh karena itu dalam hal pinjaman (kredit),bank lebih menyukai metode
bunga biasa,sementara untuk tabungan dan deposito mereka lebih memilih metode
bunga tepat dalam perhitungan bunganya.
3.4 Bunga majemuk
adalah bungayang sudah
dihasilkan ditambahkan ke uang pokok pada akhir tiap-tiap periode pembayaran bunga dan kemudian
ikut dipakai sebagai dasar untuk menentukan besarnya bunga pada periode
berikutnya. Bunga majemuk dihitung berdasarkan saldo terakhir setelah pembungaan.
3.5 konsep keekivalenan
Ekuivalensi
berarti semua cara pembayaran yang memiliki daya tarik yang sama
bagipeminjam. Meskipun total pembayaran kembali uang pinjaman berbeda
menurut caranya, tetapibisa ekuivalensi satu sama lain merupakan konsep
yang penting dalam ekonomi teknik. Ekuivalensi tergantung pada :
a) Tingkat suku bunga
b) Jumlah uang yang terlibat
c) Waktu
menerima dan / atau pengeluaran uang.
d) Sifat
yang berkaitan dengan pembayaran bunga terhadap modal yang ditanamkan dan modal
awal yang
diperoleh kembali.
Ekuivalensi
terjadi bila total bunga pinjaman yang dibayarkan dibagi total pinjamanmenghasilkan jumlah yang sama pada cara
pembayaran mana saja.
Alternatif-alternatif harus dibandingkan sejauh mungkin
apabila alternatif-alternatif ini memberikan hasil yang sama, memberikan
kegunaan yang sama atau menyelesaikan fungsi yang sama. Dalam membandingkannya
kita harus menyederhanakannya kedalam suatu basis keekivalenan yang tergantung
pada:
1) Tingkat bunga.
2) Jumlah uang yang
terlibat.
3) Waktu penerimaan /
pengeluaran uang
Sifat yang berkaitan dengan pembayaran bunga atau laba
terhadap modal yang ditanamkan dan modal awal yang diperoleh kembali
3.6 notasi
dan diagram/tabel arus kas
Aliran kas akan terjadi apabila ada
perpindahan uang tunai atau yang sejenis dari satu puhak ke pihak lain. Bila
suatu pihak menerima uang tunai atau sejenisnya maka terjadi aliran kas masuk
dan bila suatu pihak mengeluarkan uang tunai atau sejenisnya maka terjadi
aliran kas keluar. Apabila pada suatu saat suatu pihak menerima dan
mengeluarkan uang tunai atau sejenisnya sekaligus maka terjadi aliran kas
netto, yang dinyatakan dengan:
Aliran kas netto =
penerimaan – pengeluaran
Karena
aliran keluar masuknya kas akan terjadi dalam frekuensi yang sngat tinggi maka
asumsi yang akan membantu dalam penggambaran aliran kas adalah bahwa aliran kas
senantiasa terjadi pada akhir periode bunga. Jika beberapa penerimaan dan
pengeluaran terjadi pada suatu periode bunga maka diasumsikan aliran kas netto
terjadi pada pada akhir periode tsb.
Diagram
aliaran kas adalah suatu ilustrasi grafis dari transaksi-transaksi ekonomi yang
dilukiskan pada garis skala waktu. Garis horizontal menunjukkan
skala waktu (periode) dan garis vertical yang menunjukkan aliran kas.
![]() |


Aliran kas
diilustrasikan dengan panah vertikal pada garis horisontal pada saat dimana
transaksi terjadi. Panjang panah vertikal tidak selalu harus mencerminkan skala
besarnya transaksi, tetapi transaksi yang lebih besar harus digambarkan dengan
panah yang lebih panjang. Jenis transaksi (penerimaan atau pengeluaran)
dibedakan dengan arah dari tanda panah. Panah yang menunjuk ke atas menunjukkan
aliran kas positif atau penerimaan, dan aliran kas negatif menyatakan
pengeluaran ditunjukkan dengan panah yang mengarah ke bawah.
Penggambaran diagram aliran kas akan
berbeda bila ditinjau dari sudut pandang yang berbeda. Sehingga penting untuk
mengidentifikasikan terlebih dahulu dari pihak mana suatu diagram aliran kas
akan dibuat.
Penggambaran diagram aliran kas
adalah langkah awal dalam menyelesaikan suatu persoalan ekonomi teknik yang
melibatkan berbagai transaksi yang terjadi pada berbagai periode. Suatu diagram
aliran kas bukan hanya membantu dalam mengidentifikasi transaksi antara sistem
dengan pihak luar tetapi juga membantu memperjelas sudut pandang seseorang
dalam melakukan analisis. Disamping itu juga membantu mereduksi kemungkinan
kesalahan yang terjadi dalam melakukan analisa karena akan dengan mudah bisa
dilakukan evaluasi data.
Arus
kas secara formal digunakan untuk memperlihatkan penerimaan dan pengeluaran
dari uang yang akan digunakan untuk proyek. Hal ini bisa dikerjakan dengan
menggunakan tabel / diagram arus kas.
End of
Year
|
Receipts
/ Disbursements
|
0
|
-$ 15,000
|
1
|
$5,000
|
2
|
$5,000
|
3
|
$5,000
|
4
|
$7,000
|
Tabel
3.3 Tabel Arus kas


|
|
|
|

|

Gambar
3.1 Diagram Arus kas
Tabel
dan diagram arus kas juga menggambarkan tipe arus kas itu sendiri, contohnya
untuk pengeluaran pada periode ke-0 bisa merupakan investasi awal, biaya
konstruksi dan lain-lain dan untuk cash flow diakhir tahun bisa termasuk nilai
sisa yakni nilai dari suatu peralatan atau fasilitas yang dapat dijual pada
akhir dari proyek.
Berikut
notasi yang digunakan dalam rumus-rumus perhitungan bunga majemuk:
i =
tingkat bunga efektif per periode bunga
n =
banyaknya periode pemajemukan
P =
banyaknya uang saat ini
F =
banyaknya uang dimasa datang
A =
arus-arus kas pada akhir periode dalam suatu deretan seragam yang
berlanjut sampai sejumlah periode tertentu, yang mulai pada akhir periode pertama dan
terus hingga periode terakhir.
3.7 Tidak diketahui nilai awal, diketahui nilai
akan datang
adalah nilai uang di masa yang akan datang dari uang
yang diterima atau dibayarkan pada masa sekarang dengan memperhitungkan tingkat
bunga setiap periode selama jangka waktu tertentu.
Berikut adalah rumus untuk menghitung future value :
FV = Po (1+i)n
Keterangan :FV : Nilai pada masa yang akan datang
Po : Nilai pada saat ini
Berikut adalah rumus untuk menghitung future value :
FV = Po (1+i)n
Keterangan :FV : Nilai pada masa yang akan datang
Po : Nilai pada saat ini
i : Tingkat suku bunga
n : Jangka waktu
Contoh :Sebuah perusahaan memperoleh pinjaman modal dari suatu bank sebesar Rp 5.000.000 untuk membeli peralatan produksi dengan jangka waktu 5 tahun bunga yang dikenakan sebesar 18 % per tahun. Berapa jumlah yang harus dibayar oleh perusahaan tersebut pada akhir tahun ke 5?
Diketahui :Po : Rp 5.000.000
i : 18% = 0.18
n : 5
Jawab :FV = Po (1+i)n
FV = Rp 5.000.000 (1+0.18)5
FV = Rp 11.438.789
Jadi jumlah yang harus dibayarkan perusahaan kepada bank pada akhir tahun kelima sebesar Rp 11.438.789
FV = Po (1+(i/m))m.n
Keterangan :
FV : Nilai pada masa yang akan datang
Po : Nilai pada saat ini
i : Tingkat suku bunga
n : Jangka waktu
m : Frekuensi pembayaran bunga per tahun
n : Jangka waktu
Contoh :Sebuah perusahaan memperoleh pinjaman modal dari suatu bank sebesar Rp 5.000.000 untuk membeli peralatan produksi dengan jangka waktu 5 tahun bunga yang dikenakan sebesar 18 % per tahun. Berapa jumlah yang harus dibayar oleh perusahaan tersebut pada akhir tahun ke 5?
Diketahui :Po : Rp 5.000.000
i : 18% = 0.18
n : 5
Jawab :FV = Po (1+i)n
FV = Rp 5.000.000 (1+0.18)5
FV = Rp 11.438.789
Jadi jumlah yang harus dibayarkan perusahaan kepada bank pada akhir tahun kelima sebesar Rp 11.438.789
FV = Po (1+(i/m))m.n
Keterangan :
FV : Nilai pada masa yang akan datang
Po : Nilai pada saat ini
i : Tingkat suku bunga
n : Jangka waktu
m : Frekuensi pembayaran bunga per tahun
3.8 Tidak
diketahui nilai seragam, diketahui nilai awal
Tidak diketahui nilai akan datang, diketahui nilai awal
Jika
suatu jumlah P rupiah ditanamkan pada suatu saat sekarang dan i merupakan
tingkat bungaper periode (keuntungan atau pertumbuhan), jumlahnya akan
meningkat dari sebesar P menjadiP+Pi = P(1+i) pada akhir periode
pertama; pada akhir dari dua periode besarnya akan meningkatmenjadi P(1+i)(1+i)
= P(1+i) 2
;
pada akhir dari tiga periode, besarnya akan meningkat menjadiP(1+i)2
(1+i)
= P(1+i)3
;
dan pada akhir dari n periode jumlahnya akan meningkat menjadi :
3.9 Tidak
diketahui nilai akan datang, diketahui nilai awal
FV = PV (
1 + r ) ^ n
Keterangan:
FV = (
Future value ( nilai pada akhir tahun ke n )
PV = ( Nilai sekarang ( nilai pada tahun ke 0 )
r = Suku bunga
n = Waktu ( tahun )
^ = tanda pangkat
PV = ( Nilai sekarang ( nilai pada tahun ke 0 )
r = Suku bunga
n = Waktu ( tahun )
^ = tanda pangkat
Rumus
diatas mengasumsikan bahwa bunga di gandakan hanya sekali dalam setahun, jika
bunga digandakan setiap hari , maka rumusnya menjadi:
FV = PV (
1 + r /360 ) ^ 360n
Untuk
menggambarkan penggunaan rumus diatas, maka diberi contoh berikut ini:
Pada tanggal 2 januari 2000, Agung menabung uangnya ke bank mandiri sebesar Rp 2.000.000 dengan tingkat bunga sebesar 12 % pertahun. Hitung nilai tabungan agung pada tanggal 2 Januari 2002 dengan asumsi:
Pada tanggal 2 januari 2000, Agung menabung uangnya ke bank mandiri sebesar Rp 2.000.000 dengan tingkat bunga sebesar 12 % pertahun. Hitung nilai tabungan agung pada tanggal 2 Januari 2002 dengan asumsi:
Bunga
dimajemukkan setahun sekali
Bunga
dimajemukkan sebulan sekali
Bunga
dimajemukkan setiap hari
Jawab :
FV = Rp
2.000.000 ( 1 + 0,12 ) ^2 = Rp 2.508.800
FV = Rp 2.000.000
( 1 + 0,12 /12 ) ^12 ( 2 ) = Rp 2.539.470
FV = Rp
2.000.000 ( 1 + 0,12 /360 ) ^360 ( 2 ) = 2.542.397
3.10 gradient seragam
Gradient seragam
adalah pembayaran yang terjadi berkali-kali tiap tahun naik dengan kenaikan
yang sama atau penurunan secara seragam.
3.11 suku
bunga terhadap waktu
Faktor
jangka waktu sangat menentukan. Semakin panjang jangka waktu pinjaman, akan
semakin tinggi bunganya, hal ini disebabkan besarnya kemungkinan resiko macet
di masa mendatang. Demikian pula sebaliknya, jika pinjaman berjangka pendek,
bunganya relatif rendah.
· Tingkat suku bunga nominal dan
suku bunga efektif
Suku
bunga dibedakan menjadi dua, suku bunga nominal dan suku bunga riil. Suku
bunga nominal adalah rate yang dapat diamati di pasar. Sedangkan suku
bunga riil adalah konsep yang mengukur tingkat bunga yang sesungguhnya setelah
suku bunga nominal dikurangi dengan laju inflasi yang diharapkan.
Tingkat
suku bunga juga digunakan pemerintah untuk mengendalikan tingkat harga, ketika
tingkat harga tinggi dimana jumlah uang yang beredar di masyarakat banyak
sehingga konsumsi masyarakat tinggi akan diantisipasi oleh pemerintah dengan
menetapkan tingkat suku bunga yang tinggi. Dengan tingkat suku bunga tinggi
yang diharapkan kemudian adalah berkurangnya jumlah uang beredar sehingga
permintaan agregat pun akan berkurang dan kenaikan harga bisa diatasi.
Secara
teori tingkat bunga yang dibayarkan bank adalah tingkat bunga nominal yang
merupakan penjumlahan tingkat bunga riil ditambah inflasi (Mankiw,2003). Adanya
kenaikan atau penurunan inflasi akan berdampak pada kenaikan atau penurunan
tingkat bunga kredit.
Pada
tahun 2002, kondisi makroekonomi menunjukkan perkembangan yang kondusif. Ini
terlihat dari terkendalinya uang primer, serta laju inflasi dan nilai tukar
yang menunjukkan perkembangan yang positif. Oleh karena itulah, Bank Indonesia
mulai memberikan sinyal penurunan tingkat bunga secara bertahap. Hal ini
dilakukan melalui penurunan tingkat bunga instrumen moneter yang salah satunya
adalah SBI. Walaupun tingkat bunga SBI mengalami penurunan, tingkat bunga
kredit relatif rigid.
Suku
bunga kredit yang ada pada saat ini dianggap beberapa kalangan baik dari pelaku
bisnis maupun pakar ekonomi belum optimal. Mereka menuntut agar Bank Indonesia
selaku penguasa moneter mempengaruhi suku bunga deposito dan suku bunga kredit
berkaitan dengan turunnya SBI agar dapat meningkatkan atau mengembangkan sektor
riil lewat kegiatan investasinya. Namun tuntutan itu belum atau baru sedikit
yang dipenuhi (Info Bank, 2004).
Masih
relatif tingginya suku bunga kredit di tengah-tengah masih adanya
ketidakpastian prospek usaha tentu saja akan mengurangi semangat sektor dunia
usaha untuk melakukan investasi. Walaupun dilihat dari beberapa indikator,
fungsi intermediasi perbankan melalui penyaluran kredit telah menunjukkan
perbaikan, namun dalam kenyataannya penyaluran kredit perbankan pada sektor
riil belum dapat berlangsung dengan cepat karena berbagai permasalahan yang
dihadapai oleh sektor riil itu sendiri meskipun hal tersebut juga ada kaitannya
dengan konsolidasi internal di perbankan.
Gejolak
suku bunga dan inflasi menjadi dua faktor penting yang mempengaruhi aktivitas
penyaluran kredit. Keduanya tidak hanya mendorong suku bunga kredit, tapi juga
membuat risiko kredit macet menjadi besar. Tetapi dalam kondisi seperti ini,
kegiatan kredit perbankan harus tetap berlangsung.
3.12 Tingkat
suku bunga nominal dan suku bunga efektif
Suku
bunga dibedakan menjadi dua, suku bunga nominal dan suku bunga riil. Suku
bunga nominal adalah rate yang dapat diamati di pasar. Sedangkan suku
bunga riil adalah konsep yang mengukur tingkat bunga yang
sesungguhnya setelah suku bunga nominal dikurangi dengan laju inflasi
yang diharapkan.
Tingkat
suku bunga juga digunakan pemerintah untuk mengendalikan tingkat harga, ketika
tingkat harga tinggi dimana jumlah uang yang beredar di masyarakat banyak sehingga
konsumsi masyarakat tinggi akan diantisipasi oleh pemerintah dengan menetapkan
tingkat suku bunga yang tinggi. Dengan tingkat suku bunga tinggi yang
diharapkan kemudian adalah berkurangnya jumlah uang beredar sehingga permintaan
agregat pun akan berkurang dan kenaikan harga bisa diatasi.
Secara
teori tingkat bunga yang dibayarkan bank adalah tingkat bunga nominal yang
merupakan penjumlahan tingkat bunga riil ditambah inflasi (Mankiw,2003). Adanya
kenaikan atau penurunan inflasi akan berdampak pada kenaikan atau penurunan
tingkat bunga kredit.
Pada
tahun 2002, kondisi makroekonomi menunjukkan perkembangan yang kondusif. Ini
terlihat dari terkendalinya uang primer, serta laju inflasi dan nilai tukar
yang menunjukkan perkembangan yang positif. Oleh karena itulah, Bank Indonesia
mulai memberikan sinyal penurunan tingkat bunga secara bertahap. Hal ini
dilakukan melalui penurunan tingkat bunga instrumen moneter yang salah satunya
adalah SBI. Walaupun tingkat bunga SBI mengalami penurunan, tingkat bunga
kredit relatif rigid.
Suku
bunga kredit yang ada pada saat ini dianggap beberapa kalangan baik dari pelaku
bisnis maupun pakar ekonomi belum optimal. Mereka menuntut agar Bank Indonesia
selaku penguasa moneter mempengaruhi suku bunga deposito dan suku bunga kredit
berkaitan dengan turunnya SBI agar dapat meningkatkan atau mengembangkan sektor
riil lewat kegiatan investasinya. Namun tuntutan itu belum atau baru sedikit
yang dipenuhi (Info Bank, 2004).
Masih
relatif tingginya suku bunga kredit di tengah-tengah masih adanya
ketidakpastian prospek usaha tentu saja akan mengurangi semangat sektor dunia
usaha untuk melakukan investasi. Walaupun dilihat dari beberapa indikator,
fungsi intermediasi perbankan melalui penyaluran kredit telah menunjukkan
perbaikan, namun dalam kenyataannya penyaluran kredit perbankan pada sektor
riil belum dapat berlangsung dengan cepat karena berbagai permasalahan yang
dihadapai oleh sektor riil itu sendiri meskipun hal tersebut juga ada kaitannya
dengan konsolidasi internal di perbankan.
Gejolak
suku bunga dan inflasi menjadi dua faktor penting yang mempengaruhi aktivitas
penyaluran kredit. Keduanya tidak hanya mendorong suku bunga kredit, tapi juga
membuat risiko kredit macet menjadi besar. Tetapi dalam kondisi seperti ini,
kegiatan kredit perbankan harus tetap berlangsung.
Suku Bunga Nominal
Suku
bunga nominal adalah suku bunga yang biasa kita lihat bank atau media
cetak. Misalnya perusahaan meminjam uang dari bank sebesar $100.000 selama
setahun pada suku bunga nominal 10%, maka pada akhir tahun perusahaan harus
mengembalikan pinjaman tersebut sebesar $110.000 (yaitu $100.000 x 10%).
Suku bunga nominal cenderung naik seiring dengan angka inflasi. Jika, misalnya, bank memberlakukan suku bunga 10% pada ekspektasi inflasi selama satu tahun ke depan adalah 0%, maka bank mungkin akan memberlakukan suku bunga 13% jika ekspektasi inflasinya adalah 3%.
Suku bunga nominal cenderung naik seiring dengan angka inflasi. Jika, misalnya, bank memberlakukan suku bunga 10% pada ekspektasi inflasi selama satu tahun ke depan adalah 0%, maka bank mungkin akan memberlakukan suku bunga 13% jika ekspektasi inflasinya adalah 3%.
disebut juga tingkat suku bunga ekuivalen
tahunan (equivalent annual rate, EAR). Tingkat suku bunga ini
adalah tingkat suku bunga yang akan menghasilkan nilai akhir (di masa depan)
yang sama menurut bunga majemuk tahunan seperti juga pada bunga majemuk yang
lebih sering dengan memberikan suatu tingkat suku bunga nominal tertentu.
Semua tingkat suku bunga nominal dapat dikonversi menjadi tingkat suku bunga
ekuivalen tahunan, atau EFF%. Ketika melakukan perbandingan di antara
beberapa pinjaman atau investasi yang melakukan pembayaran pada jangka waktu
yang berbeda-beda, harus menggunakan EEF%.
1. tingkat bunga yang sesungguhnya
dibebankan dalam setahun; jika suku bunga dibebankan sekali setahun, tingkat
bunga nominal sama dengan suku bunga efektif; atau
2. gambaran mengenai pendapatan/hasil
atas nilai suatu instrumen utang yang
dimiliki dibandingkan dengan nilai instrumen pada saat harga pembelian
(effective rate)
Jika tingkat bunga nominal lebih rendah daripada
tingkat bunga efektif, maka akan terjadi diskonto. Sebaliknya, jika tingkat bunga nominal lebih
tinggi daripada tingkat bunga efektif, maka akan terjadi premium.
RUMUS BUNGA NOMINAL & EFEKTIF
n Suku
bunga nominal :
• r = i x
M
n Suku
bunga efektif :
• ieff =
(1 + i)M -1
atau
• ieff =
(1 + r/M)M -1
• dimana
: ieff = suku bunga efektif
• r =
suku bunga nominal tahunan
• i =
suku bunga nominal per periode
• M =
jumlah periode majemuk per satu tahun
Contoh
Soal:
Apabila
suku bunga nominal per
tahun
adalah 15%, yang mana
dalam
satu tahun terdiri dari 4
kuartal,
Berapakah besarnya suku
bunga
nominal untuk setiap kuartal
• r = 15%
• M = 3
• i = r /
M = 15% / 4 = 3.75% per kuartal
Berapa
pula suku bunga efektif per tahun nya ?
n ieff =
(1 + i)M -1
= (1 +
0,0375)4 – 1
= 0,1586
atau 15,86% per tahun
n ATAU
n ieff =
(1 + r/M)M -1
= (1 +
0,375/4)4 – 1
= 0,1586
atau 15,86%/tahun
Hitung
suku bunga efektif per kuartal ?
n suku
bunga nominal per kuartal =
3.75% (=
r)
n M = 1/4
tahun = 0,25 dalam satu
tahun
n ieff =
(1 + r/M)M -1
= (1 +
0,0375/0,25)0,25 – 1
= 0,0355
atau 3,55%
Sumber
refrensi :
http://lazyuser12.blogspot.co.id/p/pendahuluan-nilaiuang-terhadap-waktu.html
Komentar
Posting Komentar